27 June 2016

Sejak mengenal dunia resensi buku pada 2014 hingga sekarang, saya melihat ada dua tipe resensator/peresensi buku. Walaupun sama-sama meresensi buku, tapi seolah-olah mereka punya dunianya masing-masing. Ibaratnya seperti di dunia musik, ada label indie dan ada label mayor. Masing-masing punya pasar dan penikmatnya masing-masing. Maka saya menyebutnya resensor mayor dan resensor blogger buku (haha seenaknya aja saya kasih sebutan. Tolong kalo bisa, kalian kasih saran,untuk sebutan tipe dua resensor itu hehe)

Resensator Mayor
Resensor tipe ini adalah mereka yang spesialis mengirim tulisan resensi ke media cetak. Saya pernah mencoba dunia resensi ini pada 2014. Lewat mbah google, Saya belajar segala sesuatu tentang mengirim tulisan resensi ke media . Dari situ saya mengenal beberapa resensor yang udah expert seperti Sam Edy, Untung Wahyudi, Hendra Sugiantoro, Zaitur RB, Nur Mursidi. Saya juga mempelajari koran mana saja yang memberi honor dan tidak memberi honor jika tulisan dimuat koran yang berpeluang memberi kesempatan . Hingga saya menganalisis genre buku apa yang berpeluang dimuat. Namun saya hanya bertahan setahun untuk mencoba mengirim dengan hasil hanya satu tulisan yang berhasil dimuat.

Satu-satunya tulisan yang dimuat
Ya sepertinya saya masih mudah menyerah. Saya belum bisa menerapkan prinsip para penulis freelance media cetak yaitu “tulis, kirim, lupakan, tulis lagi” Nah saya masih belum rela ngelupain tulisan yang sudah saya kirim. Saya pasti cek satu-satu tulisan yang sudah dikirim itu. Memang hal itu menghambat untuk produktif menulis tulisan baru lagi karena saya masih pikirin tulisan yang sudah dikirim.

Keuntungan menjadi resensator mayor tentu sudah tahu ya. Apalagi kalo bukan honor kalau tulisannya dimuat. Tapi setelah saya cari info lebih lanjut, masih ada potensi keuntungan lain selain honor media cetak. Keuntungan tersebut berupa honor dari penerbit atau kiriman buku gratis dari penerbit. Ya ternyata penerbit juga memberi apresiasi kepada resensator yang meresensi buku terbitannya. Namun apresiasi dari penerbit itu tidak berlaku di semua penerbit. Beberapa penerbit tertentu saja yang punya kebijakan apresiasi tersebut.

Tapi saya sama sekali belum merasakan keuntungannya. Satu tulisan yang dimuat itu tidak menghasilkan apa-apa. Cukup menghasilkan kepuasan tersendiri saja.


Resensator Blogger Buku.
Sebenernya tipe resensor ini mau saya sebut Resensator Underground haha. Soalnya tipe resensator ini nggak banyak orang awam yang tahu tapi mereka punya penikmatnya sendiri. Ya sesuai namanya, resensator ini adalah mereka yang spesialis nulis resensi di blognya. Blognya berisi segala hal tentang buku, maka mereka disebut blogger buku. Nah dunia resensi ini yang sekarang saya coba jalani.
Jika dilihat sekilas, sepertinya tidak ada keuntungan yang bisa didapat kalau menulis resensi di blog. Tapi jangan salah, tetap ada keuntungannya walau tidak se-wah resensator mayor. Para blogger buku yang sudah kredibel dan dikenal luas, akan dilirik oleh penerbit atau penulis buku. Blogger buku akan diajak kerja sama. Biasanya berupa program blogtour. Jadi penerbit akan memilih beberapa blogger buku untuk membuat resensi dan mengadakan kuis berhadiah buku tersebut. Sebagai imbalannya, si blogger buku akan mendapat buku gratis.

Contoh Promo Blogtour
Saya sendiri tidak berambisi mengejar keuntungan itu, karena saya mah apa atuh. Masih amatiran. Udah bisa posting resensi aja udah bagus, udah memberi saya kepuasan.

Ya itulah pembahasan (suka-suka) saya tentang dua tipe resensator. Bagaimana ? Setuju tidak ? hehehe

0 komentar:

Post a Comment

Warung Blogger